Menu

Mode Gelap
Kejaksaan Pastikan Dalami Perkara KUR BNI Cabang Bangkinang Kalapas Bangkinang Alexander Komitmen Dukung Program Ketahanan Pangan Tak Hadir Diperiksa, Kejaksaan Bakal Layangkan Panggilan Kedua PTPN Soal Perkara Tanah di Desa Indra Sakti Kampar Kapolda Herry Heryawan: Polisi Harus Berani Dikritik Kejaksaan Tunggu Hasil Audit BPKP Soal Kasus KUR BNI Bangkinang, Akan Ada Tersangka? Usai Temukan Barang Terlarang di kamar Napi, Kini Modus Penyelundupan Diduga Sabu Pakai Bola Tenis di Lapas Bangkinang Ketua DPRD Kampar Hadiri Safari Ramadhan

Berita

Walhi: Hutan di DAS Kampar Menyusut, PLTA Koto Panjang Terancam

badge-check


					Kondisi elevasi Waduk PLTA Koto Panjang, Rabu (29/9/2021).  (Dok: Tribunpekanbaru) Perbesar

Kondisi elevasi Waduk PLTA Koto Panjang, Rabu (29/9/2021). (Dok: Tribunpekanbaru)

Konstan.co.id -Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Barat mencatat terjadi penyusutan luas kawasan hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar di Kabupaten Limapuluh Kota sejak 2017 lalu. Akibatnya,  ketersediaan air PLTA Koto Panjang bisa terancam.

Kepala Departemen dan Advokasi Walhi Sumbar Tommy Adam mengatakan, luas hutan di kawasan itu menyusut akibat peralihan fungsi menjadi lahan perkebunan dan pertambangan.

Penyusutan hutan, kata dia, akan berdampak terhadap keberlanjutan DAS Kampar yang selama ini menopang pasokan air untuk PLTA Koto Panjang.

“Agar kawasan hutan dan DAS tak beralih fungsi, maka masyarakat yang selama ini menggantungkan perekonomian ke hutan harus dicarikan alternatif pekerjaan yang lain,” katanya saat Lokakarya bertajuk Pengelolaan Hulu DAS Kampar untuk Menjamin SDA Berkelanjutan di Dinas Kehutanan Sumbar, Rabu (14/12/2022), Dilansir dari langgam.id.

Walhi dalam beberapa tahun belakangan aktif mendampingi masyarakat yang tinggal di sekitaran DAS Kampar di Kabupaten Limapuluh Kota, tepatnya di Nagari Tanjung Pauah.

Pendampingan yang dilakukan Walhi Sumbar, diklaim Tommy berhasil mengalihkan mata pencarian masyarakat dari yang semula mengambil kayu dari hutan ke unit usaha lain.

“Salah satunya dengan membangun unit usaha ikan bungo aia yang merupakan ikan endemik di sekitaran waduk PLTA Koto Panjang,” katanya.

Setiap bulan, warga mampu mengirim ratusan kilo ikan bungo aia kemasan ke luar daerah.

“Sebelum melarang masyarakat beraktivitas di hutan atau di DAS, maka siapkan dulu alternatif perekenomian yang lain,” tuturnya.

Hal yang sama juga disampaikan Anggota Forum DAS Sumbar, Firman Hidayat. Ia menjelaskan lebih dari 50 persen kawasan DAS Kampar yang memiliki luas 330 ribu hektare kini dalam keadaan kritis.

Keadaan ini membawa dampak bencana ekologi, seperti banjir. Menurutnya, degradasi lahan akibat pembukan lahan untuk perkebunan menjadi salah satu penyebab utama kritisnya DAS Kampar Limapuluh Kota.

Di Mahat Limapuluh Kota, mayoritas masyarakat menggantungkan hidup ke gambir. Pengolahan gambir ini membutuhkan kayu yang sangat banyak sebagai bahan bakar. Kayu yang digunakan itu adalah kayu yang diambil dari kawasan hutan.

“Ini yang harus dicarikan solusi secepatnya, agar kayu di hutan tidak lagi diambil secara serampangan,” tuturnya.

Facebook Comments Box

Baca Lainnya

Kalapas Bangkinang Alexander Komitmen Dukung Program Ketahanan Pangan

23 Maret 2025 - 13:01 WIB

Tak Hadir Diperiksa, Kejaksaan Bakal Layangkan Panggilan Kedua PTPN Soal Perkara Tanah di Desa Indra Sakti Kampar

21 Maret 2025 - 13:04 WIB

Kapolda Herry Heryawan: Polisi Harus Berani Dikritik

20 Maret 2025 - 11:25 WIB

Kejaksaan Tunggu Hasil Audit BPKP Soal Kasus KUR BNI Bangkinang, Akan Ada Tersangka?

19 Maret 2025 - 07:13 WIB

Usai Temukan Barang Terlarang di kamar Napi, Kini Modus Penyelundupan Diduga Sabu Pakai Bola Tenis di Lapas Bangkinang

10 Maret 2025 - 14:17 WIB

Trending di Berita